Custom Search

Sekedar Coretan

Takkan berhenti langkah kakiku......
Menyerah adalah ingkar.......
Tugas ini bukanlah hambatan......
Ku ingin terus Berjalan....Berlari.....Melompat.....
Sampai kembali pada Keabadian......

Tuesday, April 1, 2008

Komposisi dalam Fotografi


Komposisi secara sederhana diartikan sebagai cara menata elemen-elemen dalam gambar, elemen-elemen ini mencakup garis, shape, form, warna, terang dan gelap. Cara anda menata komposisi dalam jendela bidik akan diinterprestasikan kemudian setelah foto anda tersebut dicetak. Yang paling utama dari aspek komposisi adalah menghasilkan visual impact- sebuah kemampuan untuk menyampaikan perasaan yang anda inginkan untuk berekspresi dalam foto anda. Dengan demikian anda perlu menata sedemikian rupa agar tujuan anda tercapai, apakah itu untuk menyampaikan kesan statis dan diam atau sesuatumengejutkan, beda, eksentrik. Dalam komposisi klasik selalu ada satu titik perhatian yang pertama menarik perhatian. Hal ini terjadi karena penataan posisi, subordinasi, kontras cahaya atau intensitas subjek dibandingkan sekitarnya atau pengaturan sedemikian rupa yang membentuk arah yang membawa perhatian pengamat pada satu titik.

Secara keseluruhan, komposisi klasik yang baik memiliki proporsi yang menyenangkan. Ada keseimbangan antara gelap dan terang, antara bentuk padat dan ruang terbuka atau warna-warna cerah dengan warna-warna redup. Pada kesempatan-kesempatan tertentu, bila dibutuhkan mungkin anda akan membutuhkan komposisi anda seluruhnya simetris. Seringkali gambar yang anda buat lebih dinamis dan secara visual lebih menarik bila anda menempatkan subjek ditengah. Anda harus menghindari sebuah garis pembagi biarpun itu vertikal.

Untuk menghindari sebuah gambar yang dinamis diperlukan juga kehadiran irama. Irama ini terjadi karena adanya pengulangan berkali-kali sebuah objek yang berukuran kecil. Kehadiran irama dalam gambar mengesankan adanya suatu gerakan.

  • Garis
    Fotografer yang baik kerap menggunakan garis pada karya-karya mereka untuk membawa perhatian pengamat pada subjek utama. Garis juga dapat menimbulkan kesan kedalaman dan memperlihatkan gerak pada gambar. Ketika garis-garis itu sendiri digunakan sebagai subjek, yang terjadi adalah gambar-gambar menjadi menarik perhatian. Tidak penting apakah garis itu lurus, melingkar atau melengkung, membawa mata keluar dari gambar. Yang penting garis-garis itu menjadi dinamis.
  • Shape
    Salah satu formula paling sederhana yang dapat membuat sebuah foto menarik perhatian adalah dengan memberi prioritas pada sebuah elemen visual. Shape adalah salah satunya. Kita umumnya menganggap shape sebagai outline yang tercipta karena sebuah shape terbentuk, pada intinya, subjek foto, gambar dianggap memiliki kekuatan visual dan kualitas abstrak. Untuk membuat shape menonjol, anda harus mampu memisahkan shape tersebut dari lingkungan sekitarnya atau dari latar belakang yang terlalu ramai. Untuk membuat kontras kuat antara shape dan sekitarnya yang membentuk shape tersebut. Kontras ini dapat terjadi sebagai akibat dari perbedaan gelap terang atau perbedaan warna.
    Sebuah shape tentu saja tidak berdiri sendiri. Ketika masuk kedalam sebuah pemandangan yang berisi dua atau lebih shape yang sama, kita juga dapat meng-crop salah satu shape untuk memperkuat kualitas gambar.
  • Form
    Ketika shape sendiri dapat mengindentifikasikan objek, masih diperlukan form untuk memberi kesan padat dan tiga dimensi. Hal ini merupakan faktor penting untuk menciptakan kesan kedalaman dan realitas. Kualitas ini tercipta dari bentukan cahaya dan tone yang kemudian membentuk garis-garis dari sebuah objek. Faktor penting yang menentukan bagaimana form terbentuk adalah arah dan kualitas cahaya yang mengenai objek tersebut.
  • Tekstur
    Sebuah foto dengan gambar teksur yang menonjol dapat merupakan sebuah bentuk kreatif dari shape atau pattern. Jika memadai, tekstur akan memberikan realisme pada foto, membawa kedalaman dan kesan tiga dimensi ke subyek anda.
    Tekstur dapat terlihat jelas pada dua sisi yang berbeda. Ada tekstur yang dapat ditemukan bila kita mendekatkan diri pada subyek untuk memperbesar apa yang kita lihat, misalnya bila kita ingin memotret tekstur permukaan sehelai daun. Ada pula saat dimana kita harus mundur karena subyek yang kita tuju adalah pemandangan yang sangat luas. Tekstur juga muncul ketika cahaya menerpa sebuah permukaan dengan sudut rendah, membentuk bayangan yang sama dalam area tertentu.
    Memotret tekstur dianggap berhasil bila pemotret dapat mengkomunikasikan sedemikian rupa sehingga pengamat foto seolah dapat merasakan permukaan tersebut bila menyentuhnya. Sama seperti pattern, tekstur paling baik ditampilkan dengan beberapa variasi dan nampak melebar hingga keluar batas gambar.
  • Patterns
    Pattern yang berupa pengulangan shape, garis dan warna adalah elemen visual lainnya yang dapat menjadi unsur penarik perhatian utama. Keberadaan pengulangan itu menimbulkan kesan ritmik dan harmoni dalam gambar. Tapi, terlalu banyak keseragaman akan mengakibatkan gambar menjadi membosankan. Rahasia penggunaan pattern adalah menemukan variasi yang mampu menangkap perhatian pemerhati.
    Pattern biasanya paling baik diungkapkan dengan merata. Walaupun pencahayaan dan sudut bidikan kamera membuat sebuah gambar cenderung kurang kesan kedalamannya dan memungkinkan sesuatu yang berulangkali menjadi menonjol.

Dengan mempelajari prinsip-prinsip komposisi di atas, berikut ini adalah beberapa jenis yang dapat anda gunakan :

  • Rule of thirds
    Bayangkan ada garis-garis panduan yang membentuk sembilan buah empat persegi panjang yang sama besar pada sebuah gambar. Elemen-elemen gambar yang muncul di sudut-sudut persegi panjang pusat akan mendapat daya tarik maksimum.
  • Format : Horizon atau Vertikal
    Proporsi empat persegi panjang pada viewinder memungkinkan kita untuk melakukan pemotretan dalam format landscape/horizontal atau vertikal/portrait. Perbedaan pengambilan format dapat menimbulkan efek berbeda pada komposisi akhir. Lihatlah pada jendela bidik secara horizontal maupun vertikal dan tentukan keputusan kreatif untuk hasil terbaik.
  • Keep it simple
    Dalam beberapa keadaan, pilihan terbaik adalah keep it simple. Sangat sulit bagi orang yang melihat sebuah foto apabila terlalu banyak titik yang menarik perhatian. Umumnya makin �ramai� sebuah gambar, makin kurang menarik gambar itu. Cobalah berkonsentrasi pada satu titik perhatian dan maksimalkan daya tariknya.
  • Picture scale
    Sebuah gambar yang nampak biasa namun menjadi menarik karena ada sebuah titik kecil yang menarik perhatian. Dengan pemotretan landscape atau monument, kembangkan daya tarik pemotretan dengan menambahkan obyek yang diketahui besarnya sebagai titik perhatian untuk memberikan kesan perbandingan skala.
  • Horizons
    Merubah keseimbangan langit dan tanah dapat mengubah pemandangan gambar secara radikal. Bila gambar hampir dipenuhi oleh langit akan memberikan kesan polos terbuka dan lebar tapi bila langit hanya disisakan sedikit di bagian atas gambar, akan timbul kesan penuh.
  • Leading lines
    Garis yang membawa mata orang yang melihat foto ke dalam gambar atau melintas gambar. Umumnya garis-garis ini berbentuk :
    Garis-garis yang terlihat secara fisik misalnya marka jalan atau tidak terlihat secara langsung misalnya bayangan, refleksi.
  • Be different
    Barangkali ada bidikan-bidikan lain yang dapat diambil selain pendekatan dari depan dan memotret paralel ke tanah. Bergerak mendekat dari yang diduga seringkali menghasilkan efek yang menarik.
  • Colour
    Membuat bagian dari gambar menonjol dari background. Cara utama untuk memperoleh hal ini adalah memperoleh subyek yang warna atau nadanya berbeda secara radikal dengan background.
  • Framing
    Bila subyek secara khusus mempunyai bentuk yang kuat, penuh frame dengan subyek. Baik itu dengan cara menggunakan lensa dengan fokus lebih panjang atau bergerak mendekati subyek.
  • Shooting position
    Ketika kita merasa jenuh dengan komposisi yang itu-itu saja, cobalah meurbah sudut pandang sepenuhnya. Misalnya posisi duduk ke posisi berdiri atau pengambilan bidikan dari atas atau bawah dari subyek.
  • Number of subject
    Pemotretan dengan banyak subyek yang relatif seragam, kurang menarik dari pandangan komposisi. Temukanlah salah satu subyek yang �berbeda� diantara sekian banyak subyek tersebut. Berbeda diartikan berbeda gerakan, bentuk dan warna.
Sumber : www.fotografer.net

Teknik foto pemandangan (landscape)



Kekayaan Pemandangan Indonesia

Negeri kita, Indonesia terdiri dari ribuan pulau. Maka tak heran kalau negeri ini memiliki banyak pantai indah dengan corak beragam. Mulai dari pantai berpasir putih sampai berbatu karang yang menyeramkan. Selain keindahan pantai, keindahan daratan negeri kita pun tak kalah menarik dan beragam. Sebagian besar daratan Indonesia ditutupi pepohonan, bahkan di beberapa daerah masih berupa hutan lebat. Selebihnya, daratan negeri ini dihiasi ladang-ladang pertanian.

Banyak yang kurang menyadari kalau kita memiliki tambang emas panorama alam yang sangat indah. Tambang emas yang tidak akan pernah habis digali dan dijelajahi seumur hidup sekalipun. Baik pemandangan daratan/lanskap (landscape), pemandangan pantai dan laut (seascape), pemandangan gunung dan dataran tinggi (mountainscape), dan pemandangan bawah laut (un­derwater world). Contoh-contoh pemandangan ini bisa Anda lihat pada kartu pos bergambar pemandangan alam Indonesia yang bisa ditemui di toko-toko. Indah dan beragam sekali bukan?

Selanjutnya, yang menjadi masalah, bagaimana keindahan dan kekayaan pemandangan tersebutdapat direkam ke dalam sebuah gambaryang menawan?

Menyatu dengan Alam

Foto pemandangan yang sesungguhnya, tidak dapat dibidik dari jendela mobil yang berjalan, seperti banyak dilakukan oleh wisatawan. Karena hasilnya, hanyalah foto bidikan turis, sebuah dokumentasi perjalanan. Mengapa demikian?

Jawabannya terletak pada alam yang memiliki keindahan tersendiri. Kita harus terlibat dan berusaha merasakan suatu kesatuan di dalamnya. Tak cukup hanya memandangnya saja. Fotografer harus mengenal dan menyatu dengan subjeknya, pemandangan. la harus berada di sana. Merasakan sejuknya angin pagi hari, dinginnya malam atau berkeringat disengat teriknya matahari.

Membidik pemandangan sama seperti menyusun suatu komposisi musik. Anda harus merasakannya. Anda harus menikmatinya. Jika Anda tidak merasa hidup bersamanya, Anda tetap menjadi orang asing. Tidak mampu menghayati semangat dan kehidupan alam. Anda bisa merekam gambar alam, tetapi mati. Anda tidak mampu menghadirkan rekaman alam yang memiliki semangat hidup (spirit of nature).

Unsur-unsur Foto Pemandangan

Sebuah pemandangan memiliki berberapa unsurpenting seperti tanah (padang, gunung), air (laut, pantai, danau, aliran sungai), tumbuhan (pepohonan, rumput), dan langit (awan, cuaca). Setiap pemandangan memiliki unsur-unsur ini dalam susunan dan proporsi berbeda. Hal inilah yang memberikan ciri khas sebuah pemandangan.

Langit (dengan penampilan awan) memiliki peranan penting bagi keseluruhan gambar. Karena, langit biasanya menempati ruang gambar secara dominan. Kecerahan langit serta bentuk dan irama awan akan memberikan kesan tersendiri. Sebuah pemandangan selalu memiliki ekspresi. Bagian penting yang memberikan ekspresi adalah bentuk dan susunan awan saat itu.

Perubahan alam juga menjadi bagian ekspresi sebuah pemandangan. Gejalaalam seperti mendung, hujan, matahari terbitatau terbenam, bulan purnama, dan cahaya utara dapat membentuk ekspresi berbeda bagi sebuah pemandangan. Sama seperti perubahan roman wajah manusia.

Sudah menjadi kewajiban seorang fotografer, memilih apa yang akan ditampilkannya, yang menjadi isi fotonya. Hal ini biasanya lebih banyak bersifat subjektif. Tetapi, fotografer haruslah jujur terhadap naluri dan perasaan pribadinya. Menghormati pandangan asli, tanpa merusakatau menambahkan unsur asing. Apalagi menggunakan trik atau manipulasi berlebihan.

Pengaruh Utama: Cahaya

Ditinjau dari sisi fotografi, perbedaan besar yang kita temui dari tempat satu dengan tempat lainnya adalah keadaan cahaya. Sumber cahaya utama di alam, matahari, memiliki sifat yang sangat khusus. Berbagai hal menarik sering kita lihat. Baik itu penduduk (people), kesenian, atau panorama indah. Seringkali, kita tidak menyadari ada sesuatu yang besar di sana, yaitu cahaya.

Cahaya menerangi subjek. la memberikan pengaruh paling kuat. Sedemikian kuatnya, ia bisa mengubah segala-galanya. Bisa mendukung kita mendapatkan bentuk gambar yang luar biasa atau sebaliknya, merusak dan sangat mengganggu.

Cahaya mempengaruhi seluruh pembentukan gambar. Bukan hanya pengukuran dan keputusan pencahayaan saja, tetapi bentuk, titik pandang, komposisi, rasa kedalaman, desain dan penampilan dimensi dipengaruhinya. Cahaya jugamempunyai andil besar dalam maknadan suasanayang tampil dalam gambar. Kondisi cahaya berbeda, akan menciptakan gambar dan makna sangat berbeda, walaupun objeknya sama.

Kemampuan (Skill)

Keterampilan seorang fotografer saat membidik pemandangan, tergantung kemampuan teknis (skill') dan pengalaman pengamatan (sense) pribadinya. Saat memotret pemandangan, kita akan mengalami kesulitan bila mengandalkan trik atau berbagai teknik manipulasi. Karena, pada foto pemandangan, kita dituntutmampu merekam subjek dengan kualitas gambar sebaik-baiknya. Ini berarti, fotografer harus mampu bekerja dengan teknik kerja, peralatan dan material yang dimilikinya secermat mungkin. Semua pekerjaan harus dilakukan dengan ketelitian optimal. Setiap keteledoran, kelalaian atau ketidaktahuan akan langsung mempengaruhi pembentukan gambar.

Pencahayaan Optimal Film

Kemampuan utamayang harusdimiliki adalah memahami pencahayaan optimal terhadap film. Banyak fotografer mengabaikan hal ini. Padahal, kemampuan ini merupakan hal paling pokok dan penting dalam fotografi. Sebab, saat kita melakukan pencahayaan tei-sebut, kita mei-ekam gambar. Bagaimanapun hasil gambai- yang akan dibuat, ia akan sangat tergantung mutu perekamannya. Kualitas rekaman sangat mempengaruhi penampilan akhir gambar itu sendiri. Buruknya mutu rekaman, akan membuat keseluruhan penampilan akhir gambar itu berkualitas rendah. Dan, tidak bisa dipresentasikan ke manapun juga.

Untuk mendapatkan hasil pencahayaan optimal, fotografer harus mengerti kondisi kecerahan yang dihadapinya. Kemudiaan, baru ia bisa mempertimbangkan bagaimana dia harus memutuskan pencahayaan akhir terhadap filmnya. Oleh karena itu, ia harus mahir menggunakan alat pengukur secara optimal untuk mengetahui kondisi kecerahan yang ada.

Di alam, kondisi cahaya berubah-ubah dan kondisi keseluruhan pemotretan sulit diprakirakan terlebih dahulu. Karenanya, seringkali fotografer menghadapi banyak kesulitan jika hanya mengandalkan satu alat pengukur atau satu metode pengukuran saja. Misalnya, pengukuran rata-rata (av­erage metering} melalui pengukur cahaya kamera.

Sewaktu membidik foto pemandangan, penguasaan teknik-teknik pengukuran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki. Kondisi cahaya yang berbeda-beda terkadang juga harus dihadapi dengan teknik pengukuran berbeda. Misalnya, pengukuran cahaya rata-rata kamera hanya bisa bekerja cukup optimal pada kondisi kecerahan yang merata (misalnya cahaya depan). Jika terdapat perbedaan kecerahan dalam pandangan kamera, maka ketepatan hasil pengukurannya hampir past! tidak bisa diandalkan, atau tidak bisa dipercaya lagi. Untuk hal ini, kita harus menanganinya dengan teknik pengukuran lain.

Misalnya, pengukuran cahaya jatuh (incident light metering). Tetapi, pengukuran cahaya jatuh juga memiliki keterbatasan. Sebab, kita tidak bisa mengukur keseluruhan perbedaan kecerahan dari yang paling terang sampai pal­ing gelap atau kondisi cahaya khusus dimana terdapat perbedaan ekstrim antara area paling terang dengan yang paling gelap. Dalam keadaan ini, pengukur cahaya titik (spot metering) lebih handal dipergunakan.

Masalah selanjutnya, menggunakan alat-alat pengukur tadi saat memotret bukanlah hal yang mudah. Banyak kondisi cahaya yang sering membingungkan kita, menentukan teknik pengukuran mana yang efektif. Dengan menggunakan teknik pengukuran berbeda pada suatu kondisi cahaya, kita bisa mendapatkan nilai pencahayaan yang berbeda. Atau mungkin juga, kita tetap mendapatkan nilai pencahayaan yang sama. Meskipun, kita berhadapan dengan berbagai kecerahan yang berbeda.

Hal ini memang tidak bisa dipelajari dalam waktu singkat. Hasil pengukuran dan keputusan pencahayaan yang efektif hanya bisa diperoleh dari pangalaman kerja yang teliti. Pengalamanlah yang akan mengajarkannya kepada kita. Bagaimana bekerja efektif. Bagaimana menghadapi berbagai kondisi cahaya. Bahkan, kondisi yang kurang menguntungkan.

Kepekaan Artistik

Kemampuan lain yang harus dimiliki adalah kepekaan artistik (sense of art). Kemampuan ini juga harus diasah perlahan-lahan. Kepekaan artistik juga terbentuk dalam waktu yang cukup panjang. Melalui pengalaman, fotografer akan paham bagaimana caranya memilih dan menata berbagai bentuk (objek di alam) menjadi suatu gambar yang menawan.

Bagaimana kita mengenal bentuk, ruang , dan penataannya menjadi sebuah gambar harus dipelajari juga secara bertahap. Dari hal yang paling mudah, komposisi yang kompleks, bahkan penampilan yang cenderung abstrak.

Dasar untuk mendapatkan kepekaan artisik ini adalah pengamatan.

Kita harus melatihnya agar dapat melihat suatu subjek atau bentuk dari sudut pandangan yang paling menarik. Meskipun, subjek itu dalam keadaan biasa sehari-hari. Kemahiran dan kemajuan kita atas hal ini sangat tergantung diri kita masing-masing. Karena, pemilihan subjek dan pandangan terbaik terhadapnya tergantung keputusan pribadi.

Kita sendiri yang melihat melalui kamera. Kita jugalah yang harus memutuskan apayang harus ditangkap menjadi gambar. Disamping itu, hasil yang diperoleh juga tergantung pada peralatan dan sistem kerja kita sendiri. Kita bisa menggunakan karya orang lain sebagai referensi kerja. Walaupun begitu, gambar yang terbentuk pada film kita, sekali lagi adalah pilihan dan pertimbangan pribadi.

Sistem Kamera RLT 35 mm

Peralatan pokok memotret pemandangan adalah kamera R LT (ref leks lensa tunggal)/ SLR (Single-lens Reflex) 35mm. Kamera ini dapat dikendalikan secara manual. Untuk mendapatkan hasil foto yang memuaskan dan kreatif, semua proses kerja harus dilakukan secara manual. Artinya, kita mengendalikan tahap demi tahap pembentukan gambar yang diinginkan.

Kamera yang dilengkapi pengukur cahaya titik akan banyak membantu. Dengannya, kita bisa mengukur perbedaan kecerahan pada beberapa area yang ada saat pemotretan.

Sehingga, kita bisa mengetahui, apakah seluruh kecerahan yang ada bisa terekam dengan baik dalam film atau tidak. Jika memiliki pengukur genggam titik, maka alat ini akan sangat membantu kita menghadapi keadaan cahaya yang sulit dan membutuhkan ketelitian pengukuran. Misalnya, cahaya belakang (back­lighting).

Sebenarnya, satu badan kamera saja sudah cukup. Tetapi, saya lebih suka menggunakan 2 badan kamera sewaktu bekerja. Satu sebagai kamera utama, yang lebih sering saya gunakan untuk membidik dengan film slide warna. Sedangkan kamera kedua, menggunakan film negatif warna atau film hitam putih (tergantung keperluan), sekaligus berfungsi sebagai kamera cadangan.

Memilih Lensa

Pemilihan lensa tergantung pada apa yang akan ditampilkan dalam foto. Fotografer pemandangan biasanya hanya menggunakan satu atau dua lensa kesukaannya. Mereka biasanya memiliki cara pandang tertentu, baik bentuk, ruang dan kecerahan. Dengan demikian, mereka cenderung menggunakan lensa yang sama untuk berbagai macam gambarnya.

Sebenarnya tidak ada ada aturan khusus tentang penggunaan lensa untuk membidik pemandangan alam. IMamun, umumnya fotografer lebih banyak menggunakan jenis lensa sudut lebar. Jenis lensa ini bisa menangkap pandangan lebih luas. Dampaknya, kebesaran serta keindahan alam akan lebih terasa.

Jika kita ingin berkonsentrasi pada suatu bentuk atau detail tertentu, mungkin salah satu bagian dari bentangan alamnya atau gejolaknya, maka kita bisa menggunakan lensa panjang (telephoto lens). Ada juga fotografer pemandangan yang menggunakan lensa zoom telefoto 80-200 mm sebagai lensa favoritnya.

Sewaktu memotret pemandangan, biasanya kita membutuhkan kedalaman ruang tajam yang lebih luas, atau kadang ingin menampilkan lebih banyak subjek dalam barisanatau susunan tertentu Untuk keperluan seperti ini, kita bisa menggunakan lensa sudut lebar antara 15-28 mm. Dengan pandangan seluas kira-kira 70 - 110°, maka kita bisa menangkap susunan bentuk bentangan alam yang lebih lengkap. Alhasil, kita bisa mempei-oleh keindahan alam dalam perspektif lebih lengkap.

Lensa 35 mm atau 50 mm bisa juga digunakan, terutama untuk berkonsentrasi pada subjek tertentu atau memperoleh pandangan yang lebih terbatas dari pemandangan tersebut. Saya lebih sering menggunakan lensa sudut lebar 24 mm (super wide-angle lens) sebagai lensa utama. Melalui lensa ini, saya dapat memperoleh luas pandangan memadai, dan berkonsentrasi pada keindahan panorama secara menyeluruh.

Membidik dengan lensa sudut lebar seperti ini, biasanya membutuhkan ketepatan penajaman (focusing). Karena, semua elemen-elemen gambartampil dalam skala sangat kecil. Saking kecilnya, seringkali elemen tersebut tidak begitu jelas terlihat pada jendela bidik, apakah mereka telah mencapai penajaman yang optimal atau tidak.

Lensa telefoto juga bisa memberi dampak lain terhadap pemandangan yang direkam.

Melalui lensa ini, kita bisa membatasi pandangan dan berkonsentrasi pada subjek tertentu saja. Terutama pada hal-hal yang tampil unik.

Sebaiknya, kita membatasi jumlah lensa yang dibawa. Pilihlah lensa-lensa favorit yang akan digunakan saja. Membawa bermacam-macam lensa akan menjadi beban yang berat. Dan juga, akan banyak waktu terbuang untuk memperhatikan dan menjaga semua peralatan yang dibawa. Akibatnya, konsentrasi dan perhatian kita terhadap subjek menjadi berkurang.

Sistem Kamera Sedang & Besar

Jikalau kita ingin mendapatkan kualitas lebih baik lagi, kita bisa menggunakan sistem kamera format sedang (medium format camera). Kamera jenis ini memang didesain untuk memberikan kualitas rekaman gambar yang letaih baik lagi. Format filmnya mulai dari 6 x 4,5 cm sampai 6x12 cm. Lebih besar dari format film 35 mm (24 x 36 mm) yang digunakan pada kamera RLT. Dengan ukuran film yang lebih besar ini, maka lebih banyak detil dan gradasi warna yang mampu ditangkap. Hasilnya, gambar pun mampu tampil dengan detil dan nada warna yang lebih kaya.

Demi mendapatkan kualitas puncak (ultimate quality), mau tidak mau kita harus menggunakan kamera format besar (large format cam­era). Ukuran filmnya lebih besar dari medium format, 4x5 inci (9 x 12 cm) atau 8 x 10 inci (19 x 24 cm). Dengan ukuran film lebih besar, kemampuan pengendalian ketajaman dan pengaturan perspektif yang

Pengukur cahaya Pentax Digital Spotmeter, teknik pengukuran titik.

sempurna, maka kita bisa mendapatkan gambar dengan kual itas rekaman yang luar biasa. Setiap detil dapat direkam mendekati kesempurnaan pandangan mata kita. Sehingga, pemandangan tersebut seolah-olah pindah dan ada di hadapan kita. Banyak fotografer pemandangan yang menggunakan kamera format besar.

Tripod & Filter

Kaki tiga (tripod) merupakan salah satu perlengkapan yang perlu dibawa. Penyangga kamera ini sangat diperlukan saat memotret suasana matahari terbit atau terbenam, serta berbagai keadaan alam sekitarnya. Kondisi cahaya redup saat itu menuntut kita menggunakan kecepatan rana rendah, terutama mereka yang menggunakan lensa telefoto dengan bukaan diafragma terbatas.

Filter juga sering menjadi perlengkapan yang berguna untuk memotret pemandangan. Yang paling utama, filter polarizing, berfungsi untuk mengurangi berbagai refleksi cahaya yang tidak diinginkan. Sehingga, kita bisa memperoleh foto dengan warna-warna lebih jernih dan lebih jenuh. Seperti, memperbaiki tampilan langit menjadi lebih biru atau tampilan air yang lebih jernih di pantai.

Filter lain yang juga berguna adalah filter gradasi (graduated fil­ters). Filter ini dapat menurunkan tingkat kecerahan langit, sehingga bisa direkam film secara baik. Hanya, kita harus berhati-hati memilih dan menggunakan gradasi warna. Supaya, tampilan gambar tidak menjadi aneh.

Film ISO Rendah Lebih Baik

Film warna yang tersedia di pasaran adalah film cahaya siang (day­light), yang memang sesuai untuk pemotretan dengan cahaya matahari. Memang, cahaya matahari yang ada sepanjang hari berubah-ubah akibat perbedaan cuaca. Akibatnya, terjadi sedikit penyimpangan warna pada hasil foto. Tetapi, penyimpangan nada warna ini hanya sedikit sekali, sehingga bisa dikoreksi saatfotonya dicetak. Karena itu, terjadinya sedikit penyimpangan ini seringkali tidak menganggu keindahan fotonya. Bahkan, seringkali fotografer menggunakan karakter cahaya yang ada, meskipun keseimbangannya menyimpang, menjadi faktor yang tnemperkuat suasana serta menjadi ciri khas penampilan gambarnya.

Karena kita lebih sering memotret pemandangan dalam keadaan cahaya alam yang lemah pada pagi atau sore hari, maka lebih menguntungkan jika kita menggunakan film ISO tinggi. Masalahnya, makin tinggi ISO film, makin besar butiran emulsinya. Akibatnya, gambarnya pun semakin kasar. Dalam foto pemandangan, kita membutuhkan rekaman detail kecil secara sempurna. Maka, kekasaran butiran film akan merusak keindahan gambar secara keseluruhan. Penyebabnya, tekstur butiran kadang-kadang tampil lebih kuat dan mengurangi ketajaman gambar.

Karena kita membutuhkan rekaman detail sangat akurat, maka penggunaan film dengan kecepatan (ISO) lebih rendah akan lebih baik demi tampilan gambarnya. Tetapi, film dengan kecepatan rendah (ISO 100 atau lebih rendah) seperti ini membutuhkan cahaya alam yang cukup cerah. Hal ini mungkin menjadi sulit jika kita memotret pada pagi atau sore hari. Sebab, cahaya alam yang ada saat itu terbatas kecerahannya. Kita membutuhkan berbagai peralatan tambahan lain, terutama kaki tiga untuk merekam alam dengan kecepatan rana rendah atau bahkan sangat lambat.

Warna atau Hitam Putih?

Kita bisa menggunakan film apa saja. Film hitam putih dapat menghantarkan karakter alam secara baik. Ini disebabkan, kekuatan tampilan bentuk dan gradasi nada hitam-putih tidak dipengaruhi oleh berbagai warna. Namun, untuk tampilan terbaik, kita harus memahami pemindahan berbagai warna menjadi gradasi hitam-putih lalu menyusunnya dengan serasi.

Menggunakan film warna juga menguntungkan.

Dengannya, kita mampu merekam warna-warna alam yang menarik. Umumnya film ISO 100 merupakan film negatif warna favorit, bahkan dapat dikatakan sebagai fi Im standar memotret pemandangan alam dan berbagai subjek lainnya. Dengan film ISO 100, umumnya kita bisa memperoleh kecepatan rana cukup tinggi, 1/60 detik bahkan sampai 1/500 detik pada bukaan f/5,6 dalam kecerahan cahaya matahari pagi atau sore hari.

Tetapi, jangan takut menggunakan kecepatan yang lebih rendah lagi, jika cahaya alam yang ada memang sangat lemah. Untuk film slide warna, saya lebih suka menggunakan film ISO 100 atau 50. Film dengan peringkat ISO seperti ini mampu memberikan kehalusan gambar yang optimal. Walaupun, kita akan menghadapi banyak sekali kesulitan dengan film ini karena kecepatan rana yang dapat digunakan sangat terbatas. Kecuali, jika cahaya matahari yang ada sangat cerah.

Kita akan sulit mengharapkan foto pemandangan yang bagus hanya dengan mengandalkan kemampuan dasar memotret. Apalagi dengan menggunakan peralatan seadanya. Kondisi alam pun sulit diduga dan dimengerti. Ini berarti diperlukan kemampuan teknis, pengalaman cukup banyak, dan peralatan kerja memadai untuk menghadapi berbagai tantangan ini. Negeri kita ini kaya dengan pemandangan alam, tetapi menambangnya perlu usaha dan kerja keras. Tetapi percayalah, tidak ada usaha yang sia-sia.

Keterangan teknis foto

"Pantai Amed" - Lokasi: Pantai Timur Bali. Data teknis: kamera HasselbladSOl, lensa planar 80 mm f/2,8, film Velvia (ISO 50), pencahayaan f/11 - 1/125 detik. Teknik pengukuran cahaya jatuh.

"Ijen" - (atas) Lokasi: Jawa Timur. Data teknis: kamera Hasselblad 501CM, lensa Distagon 40 mm / f/4, film slide warna Fujichrome Velvia (ISO 100/21°), pencahayaan f/5,6 -1 detik. Pengukur cahaya Sekonk L308B, teknik pengukuran cahaya jatuh.

"Pantai Ujung Jaya" - Lokasi: Banten. Data teknis: kamera format medium Hasselblad 501 CM, lensa Distagon 40 mm /f4, film slide warna Fujichrome Velvia (ISO 100/21°), pencahayaan f/5,6 - 1/8 detik. Pengukur cahaya Pentax Digital Spotmeter, teknik pengukuran titik.

Sumber : Artikel fotografi majalah fotomedia edisi oktober 2003

Comming Soon....!!!

"Keunikan Lapangan Geologi Karangsambung", Reportase Goresan KuLap Geologi

Sesaat turun kerete, Karangsambung, Kebumen-Jawa tengah nampak menjadi tempat asing buat kami. Perjalanan dengan Mini Bus Menuju Karangsambung Geology Field Camp melewati Jalan Berkelok bersanding sungai Loh Ulo yang diapit bukit-bukit yang menerus keselatan seperti hendak mengatur perjalanan kami....


Sabar jE......
Tunggu tanggal tayangnya....!!! :D